Generasi saat ini tidak bisa dipisahkan dari media sosial. Begitu juga dalam industri fashion dan desain tekstil di Indonesia. Dengan berbagai kesempatan serta tantangan sebagai ruang gerak baru, menjadikan industri ini berkembang semakin inovatif untuk menjawab setiap masalah berbusana.
Peran guru menjadi salah satu penentu dalam pengembangan karakter siswa sejak masih sekolah. Seperti Pak Indra Gunawan Guru Tata Busana SMKN 1 Pandak, Bantul yang kini sedang ramai dibicarakan di media sosial. Mengenakan busana hasil karya siswa-siswinya, Pak Indra Gunawan kaya akan apresiasi atas kreativitas dan imajinasi dari hasil karya siswanya yang luar biasa.
S1 Kriya Textile and Fashion Design Telkom University mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi bersama Pak Indra Gunawan dengan Bu Tiara Larissa sebagai moderator dalam Talk Show Webinar bertajuk Industri Fashion dan Desain Tekstil di Era Digital yang diselenggarakan pada Rabu, 5 Juni 2024.
Bukan Konten Viral Sesaat
Sebelum viral, kegiatan inovatif Pak Indra ini sering dibagikan melalui akun Facebook dan Instagram pribadi. Namun, sejak satu setengah tahun terakhir, Pak Indra memulai aktivasi pada platform Tiktok dengan bantuan dari keponakannya yang dinilai lebih memahami teknologi.
Kini, beragam tanggapan dari siswa, alumni, maupun pihak eksternal muncul. Melimpahnya ajakan kerja sama, tidak serta merta dimanfaatkan secara pribadi oleh Pak Indra. Beliau lebih memilih bekerja sama atas nama institusi dengan mendahulukan kepentingan siswa. Dorongan untuk mengakui dan klaim hasil karya juga digaungkan oleh Pak Indra kepada murid-murid yang membuat baju.
Terjalinnya kerja sama dengan desainer ternama dan berbagai institusi juga sangat dinantikan oleh Pak Indra. Begitu pula kesempatan beasiswa ke jenjang yang lebih tinggi. “Cukup kecewa, banyak murid yang juara lomba tapi berakhir di pabrik karena orang tuanya tidak bisa membiayai ke perguruan tinggi,” ujar Pak Indra.
Detail serta Teknik Pemilihan Berbusana
Mengacu ke kurikulum, Pak Indra menggunakan materi 6 Basic Style dalam memilih baju dan gaya yang akan dikenakan. Tak jarang, Pak Indra juga mengajak muridnya untuk menggunakan busana dengan tema-tema yang ditentukan bersama. Tren-tren dalam fashion juga menjadi acuan berbusana tematik. Kendati demikian, busana acak nan random sesuai dengan keinginan sendiri juga dilakukan Pak Indra ketika mandiri berbusana.
Dalam mata pelajaran Decorating dan Manipulating Fabric, siswa diminta untuk membuat beberapa lembar fragment sebagai tugas. Tetapi, lembaran-lembaran fragment tersebut menumpuk di gudang sekolah tanpa pemanfaatan lebih jauh. Fragment-fragment inilah yang digunakan oleh Pak Indra dan murid–muridnya dalam membuat karya busana utuh.
Sebagai sumber yang menurunkan inspirasinya ke siswa, Pak Indra tidak membatasi referensi desainer. Nama-nama seperti Alexander Mcqueen, John Galliano, Iris Van Herpen, Elie Saab dan beberapa desainer Jepang merupakan jajaran desainer kesukaan Pak Indra. Tidak terpaku pada sebuah style untuk memperkaya literasi.
Potensi, Atensi dan Rintangan di Era Digital
Perbedaan pandangan mengenai teknologi dirasakan oleh Pak Indra sebagai seorang guru. Terkadang, teknologi beserta tren-tren yang muncul tidak dapat sepenuhnya terserap oleh siswa. Terlebih ketika berbicara masalah fashion, sangat dipengaruhi oleh kultur sekitar sehingga diperlukan usaha lebih dalam mendapatkan inspirasi. Salah satunya melalui aplikasi-aplikasi kreatif yang harus diunduh siswa pada awal pembelajaran.
Letak geografis sekolah yang jauh dari pusat kota, menciptakan banyak kritik dan buah bibir di masyarakat seputar fashion. Tak jarang, Pak Indra mendapat cibiran di lingkungan sekolah saat berpakaian busana eksperimentalnya tersebut. Namun tentunya, dapat tampil seperti yang dilakukan Pak Indra bisa menjadi sumber inspirasi baru bagi para murid.
Lahir di masa ketika informasi sulit diperoleh, Pak Indra sepakat bahwa teknologi saat ini sangat menguntungkan. Baik dalam mendapatkan informasi, ingin membagikan informasi dan ilmu, hingga menjual produk bisa dilakukan melalui teknologi. Kepekaan terhadap teknologi sangat penting, terutama bila menyangkut publikasi melalui media digital. Menurutnya, kendala-kendala seperti bahan dan material pun bisa diselesaikan secara daring. Sehingga hanya dalam satu genggaman dapat berlimpah kemudahan.
Lebih lanjut, Pak Indra membagikan tipsnya agar mampu percaya diri tampil pada platform digital. Selain keberuntungan, mengenal dan memahami diri sendiri juga merupakan sebuah fundamental agar percaya diri terbangun. Berbagai sindiran akan menjadi tantangan tersendiri, namun jika hal baik dilakukan dengan konsisten sepenuh hati akan berbuah manis di masa depan.
“Menjadi unik dibutuhkan usaha, perlu diperjuangkan dan jangan menyerah. (Dalam fashion) tidak membutuhkan dana yang banyak, hanya perlu pintar mix and match,”
Menyala, Memberi Makna pada Cita-Cita
Merupakan peristiwa yang menarik bagi akademisi, eksistensi dari murid-murid hingga pengajar memunculkan peluang besar bagi pertumbuhan fashion di Indonesia. Dampak-dampak digital yang kerap dinilai sebelah mata, nyatanya mampu memberikan impresi yang baik bila disertai dengan pemanfaatan yang maksimal.
Pak Indra menggambarkan momen viral ini seperti sebuah kembang api. Menyala sangat terang, yang dengan cepat akan menemukan titik pudarnya. Namun, pada saat-saat menyala itulah ia bisa memberikan contoh kepada guru-guru di daerah untuk memajukan siswa-siswi dengan kearifan lokal versi masing-masing. Serta tidak menjadikan keterbatasan sebagai alasan.
Berkomitmen untuk terus konsisten, populernya Pak Indra Gunawan guru sebagai penggerak kreativitas murid dalam mencipta karya nyatanya memunculkan mimpi-mimpi besar lain. Gebrakan seperti penjualan karya siswa secara komersial hingga mengikuti acara Fashion Show dari Regional Jogja atau skala Nasional menjadi impian yang sedang diusahakan.
Ciri khas sejak kuliah juga disampaikan oleh sahabat Pak Indra, Veronica. “Saya sangat mengidolakan Indra sejak kuliah. Selalu ada ide unik dan gebrakannya, hanya baru kali ini viral. Indra sudah sangat luar biasa di (bidang) fashion Daerah Jogja. Saya menunggu gebrakan Indra selanjutnya yang membuat waw,”
Sapa-Menyapa dari S1 Kriya Textile and Fashion Design
Merupakan salah satu program studi unggulan, S1 Kriya Textile and Fashion Design Telkom University telah menghasilkan lulusan handal yang bergerak dalam bidang fashion dan kriya tekstil sebagai praktisi maupun entrepreneur.
Lingkup perkuliahan di program studi ini mencakup penguasaan nilai teknis dan material tekstil, pengetahuan estetika kriya tradisi dan modern, serta penguasaan nilai kegunaan produk tekstil pada busana.
Beragam fasilitas laboratorium serta dukungan dan publikasi mulai dari sertifikasi profesi Mode yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), pergelaran acara Fashion Show tahunan Swastamita yang menampilkan karya-karya tugas akhir mahasiswa, pameran melalui Galeri Idealoka, hingga publikasi digital yang bisa menjadi portofolio bermanfaat bagi mahasiswa setelah lulus.
Sudah siap menjadi bagian dari industri fashion di era digital? Jangan ragu untuk #RaihMasaDepanmu bersama S1 Kriya Textile and Fashion Design Telkom University!